Kenangan Diskusi Taskap Group IC Jun 2008 Lemhannas PPRA XLII |
Lampiran Essay Taskap Mengenai Perbandingan Krisis 1998 dan 2008 serta EWS - PPRA XLII |
Lemhannas PPRA XLII/ 2008 - Island of Greece harbour |
- Rudi Har: Krisis akan selalu datang untuk koreksi nilai komponen-komponen ekonomi. Ini natural, biasanya krisis besar terjadi sekali sepuluh tahun. Krisis sedang tiap 5 tahun. Tapi tidak ada krisis yang sama, tiap kali krisis beda kasusnya. Sejarah tidak pernah berulang kalau dalam Ekonomi.
2013 gak akan sama dengan 1998. Tahun 1998 nilai rupiah di patok fix terhadap US Dollar, ketika nilai Rupiah terpaksa dilepas jadi floating (karena cadangan devisa menipis), nilai Rupiah langsung ambruk dari 2500 ke 17.000. Akibatnya hutang luar negeri swasta dan Pemerintah tiba-tiba naik 8 kali lipat. Siapa sanggup bayar?
Sekarang 2013 nilai Rupiah sudah floating (artinya nilai terhadap US Dollar selalu terkoreksi sesuai value yang pantas). Krisis berikutnya gak akan sama dengan 1998. Kalau iya gampang benar? Yang bisa analisa sekadarnya aja bisa langsung kaya raya (misal borong US Dollar).
Sebagai perbandingan yang perlu diperhatikan sekarang justru China, karena nilai Remimbi dipaksa dipatok Fix dengan USD. Tapi inipun kasusnya akan beda karena disapa masalahnya bukan Devisa menipis, tapi Devisa surplus terlalu besar. Kalau Nilai Remimbi nanti dilepas, nilainya akan langsung terbang (bukan ambruk kayak Rupiah 1998). Tapi sama saja jadi masalah, karena barang-barang ekspor China jadi mahal, siapa mau beli. Padahal Ekonomi China di dominasi ekspor sementara konsumsi lokal rendah. Bayangkan TV Changhong 21 inchi yg sebelumnya Rp 1.000.000 jadi Rp 8.000.000. Siapa mau beli? Disaster! - Rudi Rusdiah Rudi Har : Rupiah dibuat free floating Agustus 1997 oleh BI, karena laporan donor bulan Juni bahwa fundamental kita kuat dan akan jadi Asian tiger, tidak seperti Thailand yang ketika itu sudah memasuki krisis.Persis seperti saat ini, ketika fundamental rasio hutang besar terhadap cadangan devisa tidak disadari dan cadangan devisa ketika itu (1997/1998) dibawah USD 20 M sedangkan hutang swasta plus hutang pemerintah sudah 6x diatas USD 120 M(lihat analisa diatas), sehingga terjadi default ketika hutang ini jatuh tempo dan tidak punya uang untuk membayar. Ditambah oleh kebijakan devisa bebas dan free floating, maka rupiah dihantam oleh spekulan sehingga naik menjadi delapan kali lipat (8x) sehingga krisis menjadi multidimensi.
Kodisi saat ini jika tidak hati hati dan total hutang swasta/pemerintah sebesar USD 250 M lebih jatuh tempo, sedangkan cadangan devisa sudah turun terus dibawah USD 120 M artinya jauh dibawah 50% dari hutang, dan neraca pembayaran defisit terus... utk subsidi energy dll... serta ada agenda politik besar 2014, maka sebaiknya kita berhati hati...dan introspeksi... jika tidak yah krisis akan berulang.
Sebetulnya cadangan devisa kita saat ini sudah turun terus... karena memang harus membuat stabil nilai tukar rupiah dan memang neraca perdagangan kita juga menjurus dari surplus ke defisit... itu yang dikhawatirkanBy the way, Bank Indonesia khan sejak krisis 1998 mempunyai Early Warning Systems(EWS) untuk menjaga (Surveillance systems) agar krisis 1998 tidak terulang, (Djiwandono:2000)
Semoga EWS ini bekerja dengan baik dan dapat mengantisipasi krisis berikutnya.
(Catatan: salah satu sumbangan IMF kepada BI ketika ksisi 1998 selain membuat BI menjadi otonomi)
Ref: (Bank Indonesia 2007: halaman 24-26) article IV dari article agreement IMF dan Review of 1977 Surveillance ..... - Rudi Har
Krisis memang pasti datang pak, cuma krisis berikutnya akan beda lagi nanti kasusnya. Pintar itu namanya si krisis, dipermainkan terus kita
Biarpun utang jatuh tempo jauh lebih besar dari cadangan devisa, bukan berarti gak ada duit dollar buat bayar utang kan? Bayar utang kan gak semuua dari Devisa kalau yang punya utang misal udah nyiapin dollar dari jauh-jauh hari. Caranya ya dengan hedge di international market seperti bapak tulis. Ini dulu yang kita gak paham, sekarang udah paham, udah pintar.
Tapi saya bilang tadi Si Krisis lebih pintar lagi. Krisis pasti datang lagi dengan cara yang gak di duga-duga. Misal dimulai dengan harga bawang yang meroket menyebabkan panik komoditi misalnya sehingga terjadi ketidakstabilan bahan pangan yang berimbas ke likuiditas, dll. (Ini total skenario ngarang-ngarang hahaha) - Rudi Rusdiah krisis tidak dapat dipastikan datang... namun jika kita antisipasi dengan baik maka bisa dihindari. Upaya BI misalnya untuk konversi hutang jangka pendek dengan jangka panjang...agar gejolak terjadi krisis bisa dispread menjadi jangka panjang ha3x
anyway... kita sendiri di dunia bisnis riil bukan spekulan...jadi tentu tidak berharap agar pemerintah aware dan hati hati... itu saja harapannya...semoga tidak terjadi lagi, karena sudah ada warning dan antisipasi.
Diskusi kenapa krisis bisa terjadi terlepas adanya EWS:
- Rudi Har: Oh, ya kalo EWS canggih harusnya yang bikin di US sana bisa mengantisipasi krisi 2008 yang dimulai dari sub prime mortgage market. Tapi keok juga tuh mereka hihihi
Masalahnya kita (dan mereka juga sama sih) pintarnya sesudah krisis lewat, baru bisa menjelaskan semua kenapa. Baru dibuat action untuk mencegah jangan terulang. Smart... tapi krisis besok siapa tau mulai dari mana. - Rudi Rusdiah jawaban kenapa krisis finansial 2008 terjadi dinegara pembuat krisis ..eh pembuat EWS (bukan ewes ewes ha3x
Seperti yg dikatakan oleh om Greenspan..bapak pemberantas krisis the FED bahwa : "Ciriss can happened when it is less anticipated... artinya justru kitanya lengah dan tidak hati hati maka terjadi krisis... that is exactly what happened in 2008 menurut om Green ha3x
Kalau teori system: Garbage in... yah Garbage Out GIGO (bukan gigolo
artinya sehebat apapun EWSnya kalau inputnya garbage hati hati...outputnya dan analisanya juga garbage . Gimana komentar para jawara pengendali EWS baik di BI maupun di Menko Ekonomi ?
Economic Development study from Colorado State U. 2012 |